Oleh: Rusdin, M. Pd
Moderasi agama awalnya
merupakan pesanan global dilihat dari berbagai pidato pemimpin dunia terutama
di timur tengah seperti Arab Saudi yang merupakan pelopor moderasi agama ini.
Tak hanya dari timur saja namun Negara barat seperti Amerika Serikat merupakan
pendukung utama dari moderasi agama ini terbukti dengan berbagai debat dan
kampanye yang kita lihat di televisi baik disiarkan langsung oleh TV maupun
dari media social seperti youtube mereka selalu ingin meruntuhkan dan
memusnahkan ektimisme atau radikalisme yang merupakan lawan kata dari moderasi
agama. Jadi, apa sebenarnya moderasi
agama ini. Jika kita lihat dari KBBI, moderasi agama adalah pengurangan
kekerasan atau penghindaran kekerasan. Menurut para ahli moderasi adalah suatu
kegiatan peninjauan agar tidak menyimpang dari aturan yang berlaku yang telah
ditetapkan.
Pada kehidupan generasi
milenial ini pemerintah berusaha untuk memunculkan isu moderasi agama dan harus
ada seluruh madrasah dan sekolah di seluruh Indonesia mengingat fakta yang
terjadi selama ini banyak terjadi intoleransi bargama baik antar umat beragama
maupun intern beragama. Isu ini telah dimunculkan dan dicanankan sejak 3 tahun
yang lalu jika dilihat dari berbagai referensi isunya oleh pemerintah terutama Kemtenreian
Agama sebagai wadah yang menaungi 6 agama yang ada di Indonesia, namun pada
awal tahun 2019 ini Kementerian Agama telah gencar mengadakan sosialisasi baik
berupa pidato seperti kunjungan kanwil NTB di MAN Dompu awal tahun 2019 mengatakan
bahwa moderasi agama wajib dilaksanakan oleh seluruh madrasah di seluruh NTB selain
itu seminar, workshop maupun diskursus lainya seperti yang di Hotel Aman Gati Lakey
Beach Dompu pada tanggal 19 Juli 2019 yang banyak mengupas tentang Moderasi
Agama yang kaitan dengan toleransi salah satunya yang dibahas dari tiga
narasumber yang barasal dari Perguruan Tinggi Agama Islam Indonesia tersebut adalah
“Islam Wasatiyyah”. Disamping dengan cara tersebut saat ini pemerintah sudah
menyusun kurikulum yang kaitan dengan moderasi agama dan sudah merancang buku
yang menjadi panduan bagi tenaga pengajar baik untuk guru maupun untuk dosen. Lantas
bagaimana respon masyarakat terhadap moderasi agama ini? Jawabannya tergantung
dari pemerintah sebagai tools of society yang
memiliki power. Jika moderasi ini dirancang dengan cermat sesuai dengan
kebutuhan perkembangan zaman dan tidak keluar dari jalur agama maka program ini
akan dengan cepat diterima oleh masyarakat Indonesia, toh juga masyarakat
Indonesia pada dasarnya merupakan masyarakat yang memiliki toleransi tinggi
jika dibanding dengan Negara-negara lain di dunia ini dan bahkan menjadi
leadershipnya. Namun jika moderasi agama ini dikaitkan dengan Islam Nusantara maka sulit diterima oleh
sebagaian besar masyarakat Islam Indonesia karena dilihat dari berbagai sumber bahwa
penolakkan secara masif dari masyarakat Islam terhadap rancangan Islam Nusantra
yang telah dicanangkan oleh pemerintah dari tahun-tahun kemarin maka akan
menemui jalan buntu dan bahkan akan gagal atau bahkan akan menyuburkan kaum ekstrimis.
Dari segi fitrah dan naluri
dasar manusia seperti pada agama kita Islam mengenal bahwa sifat dasar manusia
bertikai atau bentrok bukanlah sifat dasar atau fitrahnya, namun potensi
negatif muncul dari pengaruh luar seperti kedangkalan ilmu terhadap kepemahaman
hidup bersama dan yang tak kalah penting yaitu pengaruh bisikan syaitan yang
selalu mempengaruhi manusia dalam hal-hal negatif. Di lihat dari sudut pandang science atau kelilmuan maka manusia
memiliki kelemahan yang banyak dan variatif tergantung seberapa banyak keilmuan
yang ia dapatkan baik secara ilmiah berupa penelitian maupun secara empiris.
Ketika kita kaji secara science kita
tidak bisa menafikan bahwa kebenaran tidak saja kita dapatkan dari satu sumber
namun harus berbagai sumber, seperti contoh apakah membangun masjid wajib atau
tidak yang kita sepakati bentuknya harus memiliki empat sudut dan atapnya harus
memiliki kubah seperti yang kita tau saat ini atau dalam konsep terbit dan
terbenamnya matahari yang kita ketahui selama ini bahwa matahari terbit dari
timur dan terbenam dari barat, konsep ini jika kita kaitkan dengan science salah,
kenapa karena soal terbit dan terbenamnya matahari hanyalah sebuah conventional (kesepakatan) padahal
matahari tidak pernah terbit dan terbenam. Dalam hal kebenaran dari sudut
pandang science tersebut diatas
menurut islam akal pikiran harus disinari oleh Al-Quran dan hadit barulah
kebenaran bisa dimunculkan. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar